Melihat Ke Dalam Tubuh – Forensic Pathologist
March 9, 2015
Banyak yang merasa kenal dengan profesi seorang forensic pathologist seperti yang sering di lihat di film dan drama serial. Tetapi sebenarnya masih ada satu jenis ilmu pathologist yang melakukan pekerjaan penting walau lumayan menjijikan bagi masyarakat umumnya.
Dr Simi George adalah salah satu pelaku profesi tersebut. Setiap hari dia membuka beberapa mayat untuk meneliti penyebab kematian mereka. Dia meneliti hati orang mati, mata mereka, kerangka mereka bahkan bagian dalam dari tengkorak kepala mereka. Ini merupakan bagian dari pekerjaannya sebagai seorang ahli histopathologist di rumah sakit di St. Thomas di kota London.
Adakalanya mayat yang diteliti sudah sedemikian rusaknya sehingga bentuk muka sudah tidak jelas, batok kepala menghitam dan juga terdapat banyak belatung. Keadaan ini tentunya menyulitkan tugas untuk menemukan penyebab kematian.
Seorang ahli histopathologist bertugas untuk menyelidiki penyebab kematian secara alami dari sebuah kematian, berbeda dari tugas seorang ahli forensic pathologist yang menyelidiki penyebab tidak alami dari sebuah kematian.
Mayat-mayat yang ditanggani oleh George juga termasuk mayat anak-anak, bayi-bayi yang tidak terlahirkan bahkan jasad ibu-ibu yang meninggal pada saat melahirkan. Dalam seminggu dia melakukan otopsi kepada lebih dari 50 mayat yang berasal dari rumah mayat dan rumah sakit. Otopsi dilakukan atas persetujuan dari keluarga atau permintaan dari seorang koroner yang dilakukan bilamana dokter-dokter tidak mengetahui penyebab kematian dan pasien tersebut memenuhi salah satu dari 20 kriteria yang berlaku.
Ibu dari dua anak ini tidak merasakan kesulitan yang besar dalam menjalankan tugasnya. “Saya tidak khawatir dengan belatung, atau mayat yang membusuk, atau air kencing, atau kotoran manusia, tetapi muntahan dan isi perut adalah suatu hal yang sanggat saya tidak sukai” demikian dikatakannya. Dia tidak pernah jatuh sakit bahkan pada saat masa pelatihan dan sampai sekarang dia tetap bekerja dengan baik bahkan pada masa kehamilannya.
Salah satu otopsi terberat yang pernah ditanganinya adalah pada saat melakukan post-mortem untuk menemukan gumpalan darah pada hati sebuah mayat wanita berusia 65 tahun yang wafat di rumah sakit 5 hari sebelumnya, bau yang muncul sangat menyesakkan napas. Hal ini menyulitkannya untuk berkonsentrasi.
Seorang ahli forensic pathologist dan ahli histopathologist biasanya bekerja secara terpisah bilamana kasus-kasus yang ada melibatkan orang dewasa. Tetapi untuk kasus-kasus yang melibatkan anak kecil prosedur kerja mengharuskan dua ahli yang berbeda itu hadir bersamaan. Peraturan ini membuat George juga mempunyai pengalaman yang berbeda, pengalaman dalam kasus yang sering diakibatkan oleh kekerasan, berbeda dengan kebanyakan kasus yang melibatkan orang dewasa pada umumnya.
Pada saat seseorang meninggal, mayat mereka dibawa ke kamar jenazah dan didinginkan pada suhu 4 derajat Celcius. Mereka terbaring tanpa ditutupi oleh busana diatas meja pada saat otopsi dilakukan. Mata mereka terbuka dan terlihat sedikit kuning pucat dan agak mengkristal. Bila seseorang baru saja meninggal maka kulitnya pucat dan sedikit kebiruan dengan dada dan bagian pundak sedikit mengeras. Tanpa adanya pompaan dari dari jantung, darah akan ditarik turun oleh gravitasi dan cekungan tubuh yang terdekat mengakibatkanpengumpalan darah pada bagian bawah.
Tracey Biggs adalah seorang service manager di St Thomas sekaligus seorang ahli anatomical pathology. Biggs bertugas untuk membuka tubuh mayat dan mengeluarkan organ-organ yang ada untuk penelitian lebih lanjut. Menurutnya kadang kala isi perut yang ditemukan berwarna hijau, hal ini disebabkan oleh bakteri di bagian perut yang mulai melakukan proses pembusukan tubuh.
Tubuh orang yang meninggal mengeluarkan bau yang berbeda-beda tergantung dari penyebab kematiannya. Biggs mengatakan kadangkala bau yang keluar berbeda bilamana seseorang telah lama berada dalam ruang gawat darurat atau telah mengkonsumsi banyak obat-obatan. Mayat yang telah membusuk bahkan bisa berbau “manis, dan sedikit bau keju”.
Untuk mengeluarkan organ dari tubuh, Biggs melakukan goresan menurun di bagian depan tubuh, mengeluarkan tulang dada dan tulang rusuk. Selanjutnya jantung, paru-paru, jaringan leher, saluran pencernaan, hati, empedu, ginjal, kantong kemih dan rahim atau kelenjar prostat bilamana mayat itu adalah seorang laki-laki. Pada bagian terakhir, dia akan memotong kulit pada bagian ubun-ubun dengan scalpel, mengupas kulitnya ke bagian depan turun ke arah muka hingga bagian alis, kemudian turun sampai ke bagian belakang kepala. Setelah itu dengan kunci tengkorak dan palu otak akan dikeluarkan dari tengkorak kepala. “Banyak orang yang tidak tahan melihat proses ini”, demikian dikatakannya. ” Merupakan sebuah pengalaman yang luar biasa pada saat saya pertama kali melihat otak manusia, begitu mengangumkan. Sesuatu yang tidak pernah anda bisa bayangkan”. Pada masa pelatihan, Biggs mempelajari berbagai teknik yang berguna seperti teknik mengangkat kulit perut sembari membukanya lebih lebar untuk menghindari kerusakan pada bagian usus.
George mengatakan bahwa yang mereka cari pada saat melakukan otopsi adalah bagian tubuh yang kelihatan seperti tumor, bisa berwarna kuning, merah, atau coklat. Untuk organ paru-paru, bagian yang terasa seperti sarang lebah biasanya menunjukkan gejala emphysema atau penyakit paru-paru. Penyakit meningitis umumnya membuat otak menjadi berwarna lebih kuning daripada biasanya.
Apabila otopsi yang dilakukan adalah otopsi yang menyeluruh maka dokter juga akan menganalisa jaringan tubuh dengan mikroskop, apabila tidak ditemukan sesuatu maka laboratorium racun atau toxicology lab akan mencoba meneliti adanya indikasi overdosis.
Dengan adanya ijin dari keluarga terdekat atau koroner, informasi yang didapat dari orang-orang yang telah meningal dapat diteruskan untuk penelitian medis lanjutan, misalnya pada kasus-kasus kelainanan genetik, demikian dikemukakan oleh George.
Seorang filsuf terkemuka, Kaisar Marcus Aurelius, pernah mengatakan bahwa setiap hari kita seharusnya memikirkan kematian, untuk menjadi berani dan bermartabat saat hal itu terjadi, dan memikirkannya dari sekarang sampai nanti. Akan tetapi tentunya tidak semudah itu. Biggs mengatakan “Setiap hari kita melihat bagaimana mudahnya sebuah hidup berakhir. Kita menjadi sangat sadar akan kematian”. “Saya takut dengan kematian. Dan saya takut kehilangan orang-orang yang dekat dengan saya. Saya tidak ingin mengambil resiko. Saya bahkan tidak mau naik roller coaster karena saya khawatir saya akan kena serangan jantung”, tambahnya.
Informasi yang dihasilkan dari sebuah otopsi juga membuka gambaran mengenai kenyataan yang ada di dalam masyarakat. Di setiap minggu pada musim salju, George bersama dengan rekannya melihat mayat yang membusuk dari orang yang meninggal sendirian di dalam rumah mereka tanpa ada yang mengetahuinya. Selain itu juga terdapat kasus bunuh diri, setidaknya satu kasus dalam seminggu. Berbeda halnya dengan George yang mengatakan bahwa dia tidak takut karena tidak ada satu pun hal yang bisa dia lakukan. Biggs mengatakan “Kematian bukanlah sesuatu yang tabu, itu adalah bagian dari kehidupan dan anda seharusnya tidak perlu takut untuk membicarakannya”.
Rumah mayat tempat mereka bekerja melayani 2 wilayah dari 32 wilayah yang ada di London. George mengkhawatirkan bahwa profesi yang mereka tekuni saat ini bisa terus seperti ini di masa yang akan datang. Dia hanya menemukan satu atau dua kasus kematian dewasa yang diijinkan oleh keluarga untuk di otopsi. Jumlah ini sangat berbeda jauh dengan jumlah otopsi post-mortem yang dilakukan atas tindakan hukum, yaitu sekitar 100 kasus dalam sebulan. Beberapa buah kasus telah merusak profesi ini sebelumnya misalnya skandal Alder Hey di Liverpool di mana organ tubuh ditemukan di simpan tanpa ijin keluarga terdekat.
Otopsi suka rela berdasarkan ijin dari keluarga adalah hal yang penting. Sebanyak 33% dari surat kematian diperkirakan salah dalam mencantumkan penyebab kematian, hal ini bisa mengakibatkan pemerintah tidak tepat dalam memberikan subsidi bagi dana penelitian yang dibutuhkan. Demikian dikatakan oleh George. Alasannya adalah apabila lebih banyak otopsi dilakukan maka penyebab sebenarnya dari sebuah kematian akan lebih terungkap. Dia mengatakan bahwa seorang pathologist ingin meneliti penyebab dari kematian orang-orang yang mengidap penyakit menahun seperti kanker untuk melihat apakah pengobatan yang dilakukan menunjukkan hasil atau tidak. Penyelidikan yang dilakukan juga bisa mengungkapkan kelainan genetik sehingga dokter bisa menginformasikan hal ini ke sanak keluarga bahwa mereka mempunyai resiko kesehatan.
“Saya sunguh-sungguh berharap agar masyarakat menyadari bahwa kita bukanlah orang-orang yang menyimpan jantung bayi dalam tabung” kata George. “Selain menghilangkan kekhawatiran keluarga terdekat mengenai penyebab kematian, post-mortem juga membantu tenaga medis untuk mempelajari penyakit-penyakit yang ada dan evolusi mereka demi kesehatan masyarakat. Kita ingin membantu.”
Dia mengatakan bahwa mereka memperlakukan mayat dengan baik, memberikan perlakuan yang selayaknya diberikan kepada orang-orang yang disayangi. Dengan hati-hati dan penuh rasa hormat.
George mengakhiri dengan mengatakan bahwa pekerjaannya telah membuat dia menjadi seseorang yang lebih pemberani karena dia melihat ada begitu banyak hidup yang tersia-sia dengan kematian yang terlalu dini. “Anda hanya mempunyai satu kehidupan. Anda harus menghidupinya”, demikian dikatakannya.
Kapankah otopsi post-mortem dilakukan? Post-mortem dilakukan apabila ada permintaan dari koroner bilamana terdapat kejanggalan dalam kematian. Post-mortem yang diizinkan oleh keluarga biasanya diminta oleh dokter dengan izin dari keluarga yang bersangkutan, biasanya bila ada keraguan mengenai kealamian sebuah kematian. Post-mortem jenis ini dulunya merupakan sebuah kebiasaan tetapi sekarang sudah jarang dilakukan. Para praktisi mengemukakan bahwa menurunnya permintaan otopsi atas ijin dari keluarga merupakan kerugian bagi kemajuan bidang kedokteran. Hal lain yang patut dicermati adalah perkiraan bahwa lebih dari 30% surat kematian salah mencantumkan penyebab kematian yang sebenarnya.
<sumber: BBC News, Sunway University> <val>