Mia Oenoto – Inilah Ilmu Lingkungan di XJTLU
July 13, 2017
Ini adalah cerita dari Mia Oenoto, mahasiswa Xi’an Jiaotong-Liverpool University (XJTLU) dari Jakarta, Indonesia yang mengambil studi BSc Environmental Science / Ilmu Lingkungan. Saat ini, Mia sedang menyelesaikan Proyek Tahun Terakhirnya mengenai Komunitas Makanan Sisa (community food waste).
Mia berkata bahwa XJTLU menganjurkan mahasiswa untuk memilih topik penelitian dan membangun metode penelitian mereka sendiri dalam menyelesaikan proyek penelitian masing-masing.
“Proyek saya ini mengenai analisis sikap dan perilaku mahasiswa XJTLU terhadap makanan sisa. Mahasiswa di Departemen Ilmu Lingkungan diberikan kebebasan untuk memilih proyek yang menarik bagi mereka, dan makanan sisa adalah hal yang ingin saya selidiki. […] Karena Ilmu Lingkungan adalah jurusan interdisiplin, saya perlu menguasai ilmu hukum, hubungan internasional, dan sains. Ini bisa jadi menantang, tapi saya benar-benar menikmatinya.”
MENGAPA TERTARIK ILMU LINGKUNGAN?
Mia belajar di salah satu SMA di Jakarta, ibu kota Indonesia dan kota yang sangat padat penduduk. Dia awalnya berencana untuk belajar Ilmu Hukum atau Kedokteran di universitas, tapi kemudian tertarik belajar Ilmu Lingkungan akibat pengaruh ibunya.
“Ibu kuliah S1 Akuntansi dan Keuangan. Kayaknya kalau dulu ada S1 Ilmu Lingkungan, Ibu akan ambil itu,” kata Mia.
Ibu Mia bekerja sebagai seorang akuntan dan ayah Mia bekerja sebagai insinyur sipil yang punya spesialisasi di pembangunan jembatan. Sama seperti Mia, ibunya juga suka kegiatan di luar ruangan. Ibunya sangat memperhatikan isu lingkungan sehingga ia memberikan buku karya Al Gore mengenai perubahan iklim (climate change) saat dia masih remaja.
“Ibu memintaku membacanya supaya kemampuan Bahasa Inggris-ku semakin lancar. Tapi kayaknya alasan utamanya adalah untuk membangun kesadaranku akan pemanasan global (global warming). Ibu mendorongku untuk memikirkan masa depan dan bagaimana cara agar aku bisa berkontribusi, tidak sekedar cari kerja dan menghasilkan uang.”
Di akhir masa remajanya, Mia ikut acara relawan ke Pulau Bunaken di Barat Laut Indonesia, yang mempunyai konsentrasi keanekaragaman yang tinggi dan banyak terumbu karang. Selama seminggu, ia dan temannya membantu tim membersihkan sampah plastik dari area tersebut.
“Kami memakai jaring untuk mengumpulkan sampah sambil menyelam di air,” kata Mia. “Terdapat banyak sampah di dasar laut. Sangat mengejutkan, terutama mengingat pulau ini berada di bawah perlindungan pemerintahan lokal.”
Dia dan temannya melihat makhluk laut seperti kura-kura yang terperangkap di kantong plastik, dan membantu kura-kura itu lepas. Mereka juga menyaksikan aksi pencurian ikan (illegal fishing), dan salah satu dari dampak langsung perubahan iklim – pemutihan dan kematian terumbu karang akibat naiknya suhu air laut.
“Di satu sisi, ini adalah perjalanan yang menyenangkan karena kita bisa latihan scuba diving sambil membantu membersihkan sampah,” kata Mia. “Tapi saya juga melihat hal-hal yang mengganggu dan itu menginspirasi saya untuk berpikir bagaimana berkontribusi kepada hal-hal ini dalam waktu jangka panjang.”
MEMPELAJARI ILMU LINGKUNGAN DI XJTLU
Ibu Mia adalah orang pertama yang memberikan brosur XJTLU kepada Mia – di mana ia membaca modul yang nantinya akan ia pelajari di Ilmu Lingkungan.
“Pilihan untuk mempelajari Bahasa Mandarin sambil belajar di sini benar-benar menarik bagiku,” kata Mia, “dan aku juga tertarik pada kesempatan untuk mendapatkan ijazah S1 dari The University of Liverpool dan XJTLU yang diakui oleh Kementerian Pendidikan China.”
Mia menyadari keterkejutan awalnya ketika mengetahui ada begitu banyak aspek untuk dipelajari di Ilmu Lingkungan XJTLU:
“Kami harus mendapatkan pengetahuan yang dalam di berbagai area yang berbeda tapi juga berkaitan,” katanya “Banya modul pelajaran adalah mengenai ilmu alam, tapi kami juga mendapatkan pelajaran di ekonomi, statistik, hukum, dan hubungan internasional.”
“Kami tidak hanya membaca artikel jurnal,” katanya lagi. “Kami membaca dokumen nyata yang membentuk dasar perjanjian antar negara mengenai bagaimana cara mencegah perubahan iklim.
“Sebagai contoh, dosen kami akan memberikan dokumen dari Intergovernmental Panel on Climate Change untuk dibaca sebelum kelas. Lalu kami akan mendiskusikannya bersama dan kami diharapkan untuk mengacu pada dokumen-dokumen ini dalam membuat esai dan menjawab pertanyaan di ujian.”
Mia mendeskripsikan sandiwara studi kasus terbaru di mana dia dan teman sekelasnya diminta untuk berpura-pura menjadi konsultan lingkungan untuk perusahaan semen yang ingin memperbaharui ijin beroperasinya. Siswa harus menentukan apakah perusahaan mematuhi prosedur kebijakan lingkungan dan menulis laporan penilaian dampak lingkungan.
“Departemen ini juga memasukkan berbagai macam perspektif dan berkolaborasi dengan departemen lainnya termasuk Ilmu Biologi dan Sekolah Bisnis,” kata Mia. “Kami pernah ada kuliah tamu dari akademisi Urban Planning and Design, and Architecture.”
“Kami juga sudah menonton dan mendiskusikan film dokumenter seperti ‘Before the Flood’-nya Leonardo DiCaprio. Film yang luar biasa. Itu benar-benar menginspirasiku,” tambahnya.
Setelah dia lulus, Mia berencana untuk memperoleh pengalaman kerja dulu sebelum mengambil kuliah S2 agar dapat mempertimbangkan pilihan-pilihannya dengan baik.
-RPR-
Diterjemahkan dan diedit dari: XJTLU Website, Danny Abbasi